Rabu, 28 Januari 2015

Mengapa Mendaki, Mi?

Lupakan dulu rencanaku nulis tentang cikuray. Nextnya ada Papandayan (3x), Gunung Gede (lagi), Merbabu dan Beautifull Rinjani. Pengen nulis tentang ini dulu. *bersihin sarang laba-laba di blog


Pernah suatu ketika (sering sih) temanku bertanya, “Mi, apa enaknya sih naik gunung itu? Udah jalan, bawa ransel gede, nanjak lagi. Gak ada toilet lagi di atas gunung.”

Kalo ada yang nanyanya becanda, aku jawab sekenanya “Mau nyari jodoh”
Kalo ada yang nanya serius, aku jawab dengan ajakan, “ Yuk ikut, biar tau rasanya naik gunung. Tanggal sekian aku mau naik ke sini sama si itu dan si anu.”

Naik gunung, itulah hobiku. Untuk sebagian orang, memang wisata ke gunung itu hal yang aneh. Kita capek-capek naik, bawa tas keril kapasitas 60 liter lebih ke puncak, untuk dibawa turun lagi. Belum lagi masalah makannya gimana, air buat minum gimana, urusan toilet seperti apa, tidurnya di mana dll. Mending ke pantai, mall, city tour, atau wisata kuliner. Atau paling enggak, kita naik gunungnya pake mobil kayak ke bromo gitu hehehe.

Yah, masing-masing boleh  berpendapat dan memilih ya. Tapi bagiku, naik gunung bukan sekedar wisata atau hobi. Naik gunung adalah ajang pencarian jati diri. Naik gunung membuat kita banyak belajar, banyak hikmah yang dapat kita ambil dari sana. (ciehh bahasanya)

Yah, sekarang udah happening banget sih naik gunung semenjak adanya film 5 cm itu. Bahkan banyak yang bikin paket-paket wisatanya. Udah capek-capek mendaki, ehhh disuruh bayar lagi hehehe. Tapi aku naik gunung bukan karena “terhasut” film itu ya. Sejak kecil pun aku udah naik gunung di deket rumah,eh bukit ding hehehe. Nah cuman sekarang-sekarang aja bener-bener mendaki gunung. Dan mulai sering karena udah punya duit sendiri :p

So, kembail ke topik. Apa aja sih pelajaran yang dapat kita ambil dari sana? Berikut beberapa hal yang bisa kita maknai bersama
      
  Naik gunung mengingatkan kita akan kekuasaan Sang Pencipta
Percaya deh, kita takkan berhenti mengagungkan nama Tuhan ketika kita bisa berdiri di dekat Kawah Jonggring Saloka serta melintasi Oro-oro ombo  di Semeru; merebahkan diri di padang Edelweiss di Gede Pangrango atau Papandayan;  memandangi savana Sembalun atau memancing di Segara anak, di Rinjani. Kesemuanya membuat kita sadar betapa kita itu kecil, tidak berdaya, dan tidak berhak untuk sombong sedikitpun.

  Persiapan yang matang adalah yang utama
Kita dituntut untuk mempersiapkan sebaik mungkin. Perlengkapan harus siap 100% mulai dari tenda, sleeping bag, jaket, kompor mini, nesting, makanan dan minuman, jas hujan, rain cover, kupluk, masker, head lamp, kompas, rute terkking dan tetek bengek lainnya. Wajib juga persiapan fisik supaya gak kaget. Pelajari juga teknik-teknik membaca kompas dan survival guide yang lain. Kalo misalkan tersesat hendaknya S.T.O.P (Sit down, Think, Observe, Plan). Memang harus banget mempersiapkan ini itu  tetapi persiapan mental kita adalah yang utama. Ketenangan kita dalam menghadapi setiap situasi yang tak terduga diuji di sini.

  Mengajarkan kita tentang perjuangan menembus batas
Yang ini so pasti lah ya. Bukan suma berjuang membawa ransel berisi segala survival kit kita, tapi juga berjuang menembus medan dan cuaca yang tak menentu. Panas terik di siang hari, hujan badai di sore hari, serta dingin di malam hari pun kita berusaha lawan. Bahkan tengah malam kita berangkat lagi untuk mengejar sun rise di puncak. Naik gunung tidak hanya mengajarkan untuk terus berjuang melangkah, tetapi mengasah kita agar selalu berusaha menembus batas kemampuan kita. So, kebayang kan kalo misalkan punya calon pasangan pendaki gunung. Naik gunung aja kuat, apalagi naik pelaminan atau mendaki puncak mahligai rumah tangga hahaha.

  Dapat mengenal seseorang lebih dekat dan mengenal arti kebersamaan
Satu hal yang aku yakini bahwa kalau ingin mengenal orang lebih jauh, ajaklah menempuh perjalanan yang jauh pula. Niscaya sifat asli orang tersebut akan satu per satu muncul. Naik gunung bersama-sama juga membuat kita bisa mengenal baik buruknya sifat seseorang.
Selain itu naik gunung membuat kita menghargai arti kebersamaan, kerja sama, dan kepemimpinan. Susah senang selama perjalanan harusnya ditanggung bareng, nggak egois, saling membantu. Ikut membawa perlengkapan milik bersama, jangan mau enaknya aja Cuma bawa barang pribadi. Apalagi ngacir duluan, mentang-mentang bawaannya paling enteng hehehe (pengalaman pribadi). Pokoknya macem-macem lah.

Ada dua quote yang terkenal di antara kita para penikmat ketinggian, antara lain :
“Bukan puncak yang kita cari, tapi kebersamaan yang ingin kita lalui”, dan
“Aku memperjuangkan siapa pun yang menemaniku mendaki, bukan yang menungguku di puncak”
Quote yang pertama jelas. Quote yang kedua silahkan diartikan sendiri yah hehehe.

  Berani untuk bermimpi
Pertama kali aku mendaki plus kemping itu adalah di Gunung Gede dengan segala ketidakberdayaanku. Next year aku dengan pede mendaki Rinjani. So, penutup untuk tulisan ini adalah quote di tulisanku yang sebelumnya.
Menggapai puncak gunung yang pertama kali bagaikan meraih impianmu untuk pertama kali. Sekali bisa sampai puncak impian itu, kamu akan berani mendaki puncak-puncak lain, yang bahkan belum pernah kamu impikan sebelumnya.

Salam lestari

@fahmikacamata

Minggu, 17 November 2013

Selamat malam

Selamat malam kamu
Sudah tidurkah kamu? Jika belum, dengarkanlah aku sejenak.

Hai kamu, yang nantinya dahimu selalu ku kecup sebelum terlelap.
Kapankah kamu memimpikan hal yang sama dengan ku? Berkejaran seiring ombak di pantai sanggalau hingga mentari gelap.

Hai kamu, yang tak pernah lupa ku belai rambutmu sebelum terpejam.
Kapankah aku bisa membawamu ke tempat yang ingin kamu selami? Menuntunmu menuju beningnya air di raja ampat yang dalam.

Hai kamu yang tak bosan ku selimuti menjelang habis waktu terjaga.
Kapankah kita berlarian bergegas menaiki balon udara berwarna warni itu? Mengelilingi Cappadocia sepuas hati hingga langit terlihat jingga

Hai kamu, yang selalu kubangunkan di sepertiga malam-Nya.
Kapankah kita akan terengah-engah mendaki puncak yang sama? Memapahmu mengejar mentari terbit di Rinjani sana.

Ya kamu, yang tiap malam sebelum tidur selalu aku bisikkan kata
“Selamat malam, Sayang… Kapankah kita akan bertemu?”

Selasa, 06 Agustus 2013

Very late post : Puncak ke dua Gunung Gede

Sebenernya males banget posting ini. Cuman karena takut lupa, posting aja deh, hehe

Ini pendakian ke dua ku, sekaligus pendakian ke dua ke Gunung Gede.
Semua diawali celetukan random sama si Agung anak IT yang didengar secara tidak sengaja sama Inge anak IT Jakarta. Gayung pun bersambut. Inge, antusias dan langsung ngajakin anak2 lain via email hari itu juga.

Sempat berdebat panjang, mau lewat Gunung putri atau Cibodas. Setelah tarik ulur dan minta pertimbangan suhu Indra, yaudah aku putuskan untuk menyerah, mempersilahkan temen2 buat berangkat via Cibodas yang (katanya) lebih landai dan mudah. Kemudian turun lewat gunung putri yg lebih terjal supaya cepet nyampe. Tapi ungkapan "nggak semua yg lo denger itu bener" terbukti di sini hehehe...

Tercapai rekor 27 orang yang daftar mau ikutan. Dan kesemuanya aku daftarkan langsung ke kantor TNGP. Awalnya mau nanjak tgl 6-7 April. Cuman karena kuota penuh, jadinya mundur ke tanggal 20-21 April. Daan entah kenapa setelah aku (capek2) daftarin, semuanya pada mundur satu per satu . Akhirnya berkurang separuhnya jadi 13 orang -__- Ada aku, hardono, agung, dewi, inge, septi, yosep, davin and friends [wiliam, hendy, martin, alvin, dan cumin. Cumin yg plontos ini, aku lupa nama aslinya hehe]

Dan dari ke 13 orang itu, cuma aku dan Inge yang pernah naik gunung gede. Itupun aku pernah naik tapi lewat gunung putri. Inge, satu-satunya orang yang pernah lewat cibodas, mengaku lupa jalan dengan pasrahnya. Dan mungkin krn aku udah pernah ke gunung gede serta yg rempong ngurus ini itu, makanya aku didaulat jadi ketua rombongan sekaligus guide. OMG, aku jg newbie sama kaya kalian semuaaaa :v

Okelah, the show must go on!

Jumat, 19 April 2013

Pertama kalinya selama kerja di pabrik ini, aku tidur di kantor. Yup, sambil nungguin rombongan davin n friends yg kejabak macet, kita putuskan untuk tidur di Ruang meeting V-con gd F. Sesuatu yg aku syukuri setelahnya karena kalo davin nggak kejebak macet, kita akan berangkat kecepetan dan tidur di Pos TNGP. Dingin, sempit, basah dan banyak nyamuk pastinya.

Sabtu, 20 April 2013

Jam 01.45 aku bangun, tepatnya nggak bisa tidur, terus tidur-tiduran dan ngeset alarm jam 2, cuman memutuskang bangun duluan sebelum alarm bunyi (riweuh). Aku bangunin hardono yg dg sukses tidur pules. Saatnya kita nyari angkot carteran. Dua angkot dg harga sewa masing2 150rb pun kita dapet di perempatan ciawi. Kemahalan sih, cuman daripada berantem subuh2 sama supir angkot, mending di-iya-in aja deh.

Cus, jam setengah 3 dari kantor sambil dadah2 ke pak satpam. Jam 4 nyampe parkiran Kebun Raya cibodas. Alhamdulillah lalu lintas lancar jaya. Masih sempet makan dulu pulak sebelum jalan kaki ke Pos. Habis sarapan, kita jalan ke Pos buat registrasi, sempet nyasar2 dikit hilang arah gara2 jalan gelap. Habis daftar, kita shalat subuh duludi mushola yang sebelumnya seperti berubah fungsi jadi barak penampungan imigran gelap. Banyak yg tidur di sini euy. Minggir minggiiiir... urang arek sholat!!

Habis sholat, kita kumpul sejenak. Kita brifing bentar dan diakhiri dengan doa agar perjalanan kita lancar nantinya. Sekitar jam 5 kita cus naik. Suasana udah agak terang, udara pagi yg sangat segar ku hirup dalam-dalam. Bunyi angin semilir, gemericik air, dan kicauan burung menjadi backsound yg perfect fajar itu. Hal yang pasti selalu ku rindukan..

Jalan setapak di perjalanan ke gunung gede via cibodas udah sangat bagus, jelas terlihat karena diberi undak-undakan landai dari batu. Tapi kalo menurutku, justru jalan yg seperti ini membuat kita makin capek. Aku lebih suka jalan setapak dari tanah disertai undak-undakan alami yg dibuat oleh akar pohon. Medan yg lebih nyaman menuturku karena kita tidak bertumpu sepenuhnya pada lutut.

Etapi ada untungnya juga sih jalur yang ginian. Setidaknya nggak bikin pendaki pemula kesasar dan gak jiper duluan hehe.

Jalur Cibodas emang mantap dah. Ada jembatan dr beton yg didesain kaya potongan kayu sepanjang beberapa ratus meter di atas rawa gayonggong. Orang bilang, ini namanya Love Bridge alias Jembatan Cinta #tssahh. Habis itu, sepanjang jalan ada air terjun kecil-kecil. Jadi gak bosen dah. Banyak spot buat foto2 juga.






Jembatan Cinta


Rawa Gayonggong

So, sekitar 1 jam pendakian, nafas udah tersengal2. Jam 7 kita udah nyampe pos panyangcangan. Ini pos yang merupakan pertigaan menuju curug cibereum. Sebelumnya ada pos telaga biru yg katanya ada danau kecil namannya Telaga Biru. Cuman kita skip biar cepet nyampe.

Setelah ngobrol2 singkat, kita putuskan split sebentar di pos panyangcangan. Aku, hardono, dan alvin mampir bentar ke curug cibereum. Dg perkiraan waktu tempuh PP satu jam, kita yakin kita akan nyusul mereka yg langsung jalan tanpa mampir ke curug #shombong :D



Perjalanan ke curug cibereum juga gak kalah seru. Treknya naik turun plus sungai2 kecil. Ada spot yg paling keren yakni jembatan kayu. Mirip2 Love Bridge, cuman backgroundnya gunung, entah gunung apa. Setengah jam kemudian, kita sampai curug Cibereum dan WOW amajing!! Pemandangannya sadaaaap!!






Trek ke Curug Cibereum






Curug Cibereum!!

Habis foto2 sejenak, eh ternyata cumin dan martin nyusul. Lanjut deh kita foto2 lagi. Puas foto-foto, kita langsung cus dg kecepatan penuh balik lagi ke pos. Habis itu cus lagi dg kekuatan setenga penuh (karena capek) nyusul temen2. Gak berapa lama, kesusul juga tuh di pos berapa, entah sambil kita pamer foto2 curug cibereum hehe.

Jalur Cibodas emang keren abis karena banyak spot-spot keren. Spot yang paling diingat tentu saja spot air panas! Jalurnya terjal, licin, dan disertai sensasi air panas menggigit!! Untungnya ada tali kawat yg sudah dipasang untuk pegangan. Habis itu, ada pos yg dialiri sungai berair hangat. Di sini kita istirahat sejenak sambil mencelupkan kaki-kaki yg lelah di aliran air yg hangat. Rileks bangeeeeet rasanyaa.




Kacamata dan lensa kamera jadi buremm :)


Spa alami broo

Oke, gak usah berlama-lama. Perjalanan masih panjang Broh!

Setelah perjalanan melintasi jalur tangga batu yg sudah tidak utuh dan becek2, kita akhirnya masuk ke hutan berjalur setapak. Suasana pendakian baru terasa di sini. Beberapa menit kemudian kita mencapai Pos Kandang Batu. Tempat kita istirahat sejenak sebelum menuju ke pos makan siang kita hehe.

Akhirnya jam 12 kita sampai di spot makan siang, Kandang Badak :D Habis sholat, kita pun masak. Sambil cewek2 masak, kita gunakan cover parasit tenda sebagai kanopi.Soalnya rada mendung dan rintik2 euy. Kita masang kanopi yang super besar itu sambil masak lho haha.






Tepar di kandang badak

Hujannya PHP, jadi kita bisa masak dan makan dengan tenang :9 Jam 1 siang kita sudah kenyang dan selesai berberes. Saatnya melanjutkan perjalanan. Di pertigaan kandang badak-gn gede-gn pangrango kita lurus. Kalo ke kanan, itu ke gunung pangrango. Daaaan pendakian baru saja di mulai sodara sodaraa...

Dari sepanjang perjalanan, trek after Kandang badak inilah yang baru bisa disebut mendaki. Treknya mayan terjal, meskipun gak seterjal jalur ke pangrango sih. Jalanan makin berubah menjadi batu-batu karang seiiring kita mendekati puncak. Dan spot terbaik di sini adalah Tanjakan Setan! Dinamain kaya gitu karena habis nanjak, kita akan misuh-misuh saking terjalnya : "Anjr*t, Tanjakan Setan!!". Tebing terjal setinggi 10-15 meter ini, meskipun udah dikasih tali pegangan, tetep aja susah didaki. Apalagi kalian kaya aku, manggul tiang tenda dome gede yg beratnya mungkin 3 kg. Kalian liat sendiri deh susahnya.


Break bentar deh




Ini Tanjakan, Setaaan!

Penderitaan belum berakhir. Dg sisa-sisa tenaga habis mendaki Tanjakan setan, kita dihadapkan pada Tanjakan Iblis (sebutanku sendiri ini mah). Jalur batu karang terjal yg naik terus tanpa bonus harus aku lewati dengan kondisi kehabisan air!! Tepatnya, persediaan air ku dibawa temen2 sih. Aku ngerasa jalur batu karang terjal ini gak ada habisnya loh.

Kondisinya diperparah karena aku mendaki sendirian. Solo meeen!! Kalo aku nyasar, habis lah sudah. Temen2ku yg bawa tenda, udah di atas, temen2 ku yg lain yg bawa persediaan makanan ada di bawah. Aku putuskan aku terus mendaki, menyusul temen2 yg di atas. Soalnya aku bawa tiang tenda. Kalo aku ga nyusul, tenda gak bisa cepat2 berdiri. Padahal waktu udah menunjukkan pukul 3 lebih. Jangan sampe kita malem2 gelap2an mendirikan tenda.

Dg kekuatan seadanya aku bergerak. Untungnya ada beberapa pendaki lain yg aku susul, jadinya bisa minta aer deh haha. Dan akhirnya, sekitar jam 4 aku sudah keluar dari hutan tanaman perdu. Sampai juga di bibir kawah gunung gede. Alhamdulillah, ketemu juga dg temen2 ku yg lain yg udah duluan nyampe.

Kita pun masak mie dan kopi sebentar sambil melepas penat. Kemudian foto2 sambil nunggu yang lain. Pemandangannya sungguh amajing!!

Habis foto2, temen2 yg tertinggal di belakang akhirnya nyampe juga. Lucu juga melihat mereka jalan sempoyongan kemudian rubuh satu per satu. Apalagi ngelihat inge, udah gak sanggup ngomong apa-apa dia haha.


Kawah Gunung Gede, Subhanallah :)


Inge langsung ambruk :p



In my humble opinion, perjalanan ke gunung gede via cibodas medannya memang relatif lebih mudah (exclude tanjakan setan) Cuman, dilihat dari durasi perjalanannya yang lebih dari 10 jam, tentu saja ini menguras tenaga dan menguras kesabaran. Aku sih lebih prefer naik lewat gunung putri yang normalnya cuma 6 jam. Meskipun lebih terjal dan menantang, tapi cepet sampe bro! Langsung Surken lg. Jadi bisa ndiriin tenda cepet2 hehe.

Oke, balik lagi ke perjalanan kita. Habis beres2, kita tinggalkan temen2 yg baru sampe untuk istirahat bentar. Kita juga ngasih tau kalo tenda kita nanti akan berdiri di deket sungai dan ada bendera Indonesia Raya-nya.

Sebelum berangkat lagi, aku dan hardono tuker tas keril dulu. Dia ngerasa cape banget. Sambil misuh2 dia tuker keril, aku rada gak ikhlas tuker soalnya keril dia isinya tenda 12 kg! Dan busyet, bener2 berat meeen! Salut buat hardono, kuat bawa tas seberat kebo dari bawah sampe puncak!

Okeh, kita jalan menyusuri bibir kawah yang dipageri kabel menuju puncak yang sebenarnya. Sekitar jam 5 kita sampai di plang yang menandakan puncak gunung gede. Horeeeee!!

Gunung Gede 2958 mdpl! Uyeah! We Did It!! And I Did It Again!!


Fotoku di mana ya T_T Cuma ada foto plangnya doang

Habis poto2 (potonya gak ke simpen T_T) kita turun deh.

Turunnya bareng bapak2 usia 50an yg bawa cucunya anak SD. Wooh!! Mantap pak dhee! Katanya dia hampir tiap taun ke sini lho. Kali ini dia bawa cucunya dan keluarganya :) b

Kita sampai Surya Kencana saat hari udah mau gelap. Secepat mungkin kita dirikan tenda yg beratnya 12 kg itu. Ada kisah tersendiri saat nyewa tenda berkapasitas 8 orang itu. Nyewa nya dua lagi! Satu lagi dibawa Agung yg tertinggal di belakang. Plus, tenda yang dibawa hendy dg kapasitas 3 orang. Intinya kita salah nyewa tenda lah.

Sempat kesulitan nyari tempat guat ndiriin tenda karena Surya Kencana udah kaya pasar malem. Ruame bangets! Akhirnya kita nemu spot kosong di area yg agak jauh dari cekungan sungai. Setengah jam kemudian, tenda berdiri dan siap dihuni. Dan tak berapa lama, rombongan agung, inge dan para cewek2 pun nyampe Surken.

Sambil masak, kita dirikan tenda lagi. Tenda dome kapasitas 8 orang dan tenda kapasitas 3 orang (girls only) pun berdiri pas saat masakan selesai dibuat. Makanan berupa nasi hangat, sarden dan dendeng, ditemani dengan wedang jahe yang hangat terasa sangat mewah saat itu :9 :9 Sungguh kebersamaan yg tak tergantikan.

Sekitar jam 8 malem setelah selesai makan dan sholat, kitapun langsung tewas di tenda masing-masing tanpa dikomando. Tawaranku untuk muncak lagi jam 3 pun nggak ada yg gubris. Hahaha. Padahal bukan naik gunung namanya kalo nggak ngerasain sunrise dipuncak. Yasudah lah terserah, aku sih udah pernah nge-sunrise di puncak Gede. Yang jelas, aku cuman ngingetin ke temen-temen supaya bangun jam 5 teng! Terutama buat yg gak sholat subuh. Supaya, kita on time sarapan, on time beberes, dan on time turunnya.



Minggu, 21 April 2013

Jam 5 teng, habis sholat subuh, aku bangunin semua orang. Aku ajak seseorang untuk cuci alat2 masak yg gak dicuci dr semalem #jorok. Sebagian yg nggak masak, sibuk foto-foto mengabadikan sun rise di Surken. Sunrise di Surken lumayan indah juga sih.

Sambil masak, ehh ada yg nawarin nasi uduk. Harganya 8 ribu sebungkus!! Haha, karena laper, kita beli deh. Lumayan buat ganjel perut selama memasak hehe.

Masak udah beres dan Sikaaaaat!! Sebagian makanan yg gak kemakan kita bungkus buat bekal turun gunung. Habis itu kita beberes tenda dan semua perlengkapan.




Nyoba-nyoba pake mode Fish eye

Tepat jam 8 teng kita udah siap turun. Kita brifing sejenak dan berdoa. Kita bagi dua team, buat yg larinya kenceng2, silahkan duluan. Kemudian yang nyampe duluan, bisa ngetake angkot carteran. Rencananya sih begitu. Aku jadi sweeper alias paling belakang soalnya jalurnya agak nggak terlalu mudah dan kurang jelas. Takut ada yg nyasar.


Narsis sebelum turun :)

Sejam kita nyusuri sungai mati di padang edelweiss surya kencana. Mantap! Tanpa kabut, tanpa hujan. Pendakian yang almost perfect. Sampai di pintu surya kencana, kita masih bareng2. Tak lupa kita poto2 bareng dulu.







Habis itu kita split jadi dua. Agung, hardono dan cowo2 lain cus turun duluan. Katanya mereka cuman 2,5 jam udah nyampe pos GPO lho. Usut-punya usut, ini karena si Agung kebelet BAB haha!

Sisanya, aku, para cewek, dan beberapa cowo jalan di belakang, mengikuti kecepatan yg cewek2. Cuman akhirnya tersplit juga jadi dua. Meskipun masih stay connected dg teriakan2 "Stooop!" "Breeaak!" " Tungguiiin" de el el.


one of good spot saat turun


Celananya davin sobek separo saat turun hehe

Akhirnya, jam 12 kita udah nyampe pos 1. Sayangnya si septi cidera.  Jari kakinya luka pas di tali sandal gunungnya. Pasti sakit banget tuh, kegesek2 gitu. Hujan pun mulai turun. Awalnya gerimis, lama-lama jadi deres banget. Biasa sih, kalo di gunung putri emang hujannya pasti di daerah deket-deket lereng. Oke, aku putuskan aku nemenin septi turun. Yang lain silahkan duluan.

Nemenin septi turun itu bener-bener melatih kesabaran hehe <maap ya sep> Soalnya dia selalu tanya, "masih lama gak mi?" "berapa jam lagi?" "udah mau nyampe belum?" Pertanyaan yg sangat tabu dan harus dihindari ketika naik gunung, if you know what i mean, hehe. Yaudah, aku jawab sekenanya aja, "bentar lagi" "sejam lagi" "iya, udah mau nyampe". Hasilnya, dia marah-marh karena ngerasa di-PHP-in hehe..

Akhirnya, di tengah hujan yang masih deres, aku dan septi udah nyampe pos GPO sekitar jam 2. Yang lain nampaknya udah leyeh2 dan seger2. Enak beneeeer! So, aku minta yang lain ngerawat luka septi. Tolong dibersihin dan dikasih betadin terus diperban. Minta tolong dibungkus kresek juga supaya gak keujanan.

Habis beberes, kita pun nyari angkot carteran. Setahuku, nggak ada angkot yg mau dicarter untuk langsung ke ciawi. Pasti nyarter angkot untuk turun dulu ke istana gunung putri, habis itu baru nyari angkot ke ciawi. Dan harganya mahal bo! Entah kita yg gak bisa nawar atau emang supirnya pada geblek.

Angkot ke gunung putri pun meluncur dg uang 60 rb. Angkot yang ke ciawi pun mematok tarif 150 rb. Rombongan 1 berangkat duluan. Rombongan 2 angkotnya nunggu dulu bentar. Dan akhirnya jam 3 an, rombongan 2 pun berangkat. Sempet putar balik krn kejebak one way puncak, akhirnya kita pun balik ketempat semula dan ganti angkot. Kali ini dengan supir mantan driver F1. Busseeeett, angkotnya nyelap-nyelip dg sadissss. Angkot rombongan 1 pun kita balap di daerah sekitar gadog.

Walaupun sempet sebel juga karena kejebak macet nungguin one way, akhirnya kita semua nyampe kantor dengan selamat jam 7 malem! Setelah berpisah dengan davin & friends dan temen2 Jakarta, kita cus balikin tenda sewaan. Tokonya udah tutup, tapi kita berhasil nego supaya dibukain, bisa balikin dan gak kena biaya sewa tambah sehari, hehe. Tak lupa, kasih uang rokok dikit :)

Akhirnya aku pulang ke kosan, dan langsung tepar. Agung pun dengan baik hati, setelah mampir ke kosanku, balik sambil nagnterin Dewi ke Dramaga.

So, it was the first time aku jadi guide naik gunung. Padahal aku juga gak tau jalan dan masih newbie. Hehe. Yang jelas, pelajaran kali ini yang didapat adalah, kalo mau naik gunung gede, naiknya mending via gunung putri dan turun lewat cibodas hehe.

Tulisan berikutnya adalah Late Post juga tentang pendakian ke Cikuray. Stay tune yak :)

Sabtu, 27 April 2013

Sengaja Telat Sehari

Randomly aku malah posting ginian malem2. Gak tau kenapa, pengen aja sih. Aku edit dikit supaya rada kece dibanding manuskrip aslinya..

Telat banget sih posting ini, lebih telat daripada judulnya. Tapi gak papa, biar kalo ilang filenya bisa dibuka dari blog ini..


Sengaja telat sehari
Maaf, rencanaku sih memang hari kamisnya
Tapi kutunda demi kepentingan akademis mereka

Sengaja sedikit ngerjai
Sorry, smsmu semalem aku balas sekenanya
Tapi sayangnya kamu itu susah dijaili orangnya

Sengaja operasi lilinnya gak jadi
Punten, gladiator harusnya ramai bercahaya
Tapi kuredam egoku karena saran-sarannya

Met milad ya
Maaf, sorry, punten
Sengaja telat sehari


Bogor, 4 (+1) April 2013
Om Ami yg nggak puitis, tapi romantis

Minggu, 07 April 2013

Sederhana



Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Sesederhana penampilanmu, sesederhana hijabmu..
Bukan seperti hijabers yang ada di group media sosial itu
Yang kalo liat tutorialnya aja bikin pusing

Sesimpel pemikiranku, sesimpel impianku..
Bukan seperti politikus yang ada di TV nomor satu itu
Yang kalo denger kasusnya aja buat pening

"Love is a complex thing",
seseorang pernah menegurku.
"Yes, but not complicated",
semoga kau dengar gumamku.

Dunia itu kompleks, makannya ada fisika yg menyederhanakannya
Kalaupun rumus fisika juga kompleks, bisa disimpelkan dengan E=mc2

Bumi itu kompleks, tapi bagai setitik debu
Alam semesta itu kompleks, tapi berasal dari satu yang padu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana,

Sesederhana mencium keningmu saat aku berangkat kerja
Sesederhana memelukmu dari belakang saat kamu memasak
Sesederhana dua rakaat shalat tahajjud berjamaah

Sekali lagi,
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana,

Sesederhana aku mencintaimu karena Allah

Untukmu,
Masa depanku yang setia menunggu


*Terinspirasi saat Learning Forum : Simplicity; dan hijab seseorang yang sederhana